Kamis, 27 Oktober 2011

IRIGASI LAHAN KERING

Oleh : Rofinus E. Lejap

Irigasi Lahan kering di Indonesia memiliki prospek bagi penyediaan pangan untuk masyarakat. Prospek ini ditunjang oleh kekayaan ragam tanaman yang dapat tumbuh yang berfungsi sebagai pengganti makanan pokok beras ataupun sebagai pelengkap dan penunjang makanan pokok tersebut.

Berdasarkan data puslitbangtanak, potensi lahan kering di Indonesia sekitar 75.133.840 ha. Akan tetapi lahan-lahan kering tersebut tidak begitu menghasilkan dan berguna bagi masyarakat yang tinggal di sekitar area lahan kering. Hal ini disebabkan oleh masih kurangnya teknologi pengelolaan lahan kering sehingga sering mengakibatkan makin kritisnya lahan- lahan kering.

Erosi, kekurangan air dan kahat unsur hara adalah masalah yang paling serius di daerah lahan kering. Usaha untuk mananggulangi masalah kekeringan belum optimal. Memang perlu kesabaran dalam pengelolaan daerah lahan kering, karena meningkatkan produktivitas lahan di daerah lahan kering yang kondisi lahannya sebagian besar kritis dan potensial kritis tidaklah mudah.


Ada 3 metode dalam dalam melakukan konservasi tanah dan air yaitu metode fisik dengan pegolahan tanahnya, metode vegetatif dengan memanfaatkan vegetasi dan tanaman untuk mengurangi erosi dan penyediaan air serta metode kimia yaitu memanfaatkan bahan-bahan kimia untuk mengaawetkan tanah.
Menurut Sitanala Arsyad (1989), Konservasi Tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukkannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Sedangkan konservasi Air menurut Deptan (2006) adalah upaya penyimpanan air secara maksimal pada musim penghujan dan pemanfaatannya secara efisien pada musim kemarau. Konservasi tanah dan konservasi air selalu berjalan beriringan dimana saat melakukan tindakan konservasi tanah juga di lakukan tindakan konservasi air.
Dengan konservasi tanah dan air di lahan kering diharapkan mampu mengurangi laju erosi dan menyediakan air sepanjang tahun. Daerah lahan kering biasanya mempunyai curah hujan yg rendah dan intensitas yg rendah pula, dengan kondisi seperti itu menyebabkan sulitnya tanaman tumbuh dan berkembang. Pemanfaatan vegetasi pada system konservasi tanah dan air selain sebagai penghambat benturan juga berguna sebagai penghambat aliran permukaan, memperbaiki tekstur tanah dan meningkatkan kadar air tanah.
Upaya lain irigasi lahan kering yaitu dengan membuat petakan atau terasering untuk menghambat aliran permukaan. Selain itu dengan cara membuat selokan dari kali atau tempat mengalirnya banjir ke tengah ladang dalam pola terasering sehingga air banjir dapat didistribusikan secara merata.
Sistem irigasi banjir demikian mempunyai keuntungan :
1. Mengalokasikan aliran banjir ke tengah ladang yang berguna untuk tanaman daripada terbuang percuma ke sungai atau ke laut.
2. Mengalihkan humus yang terbawa banjir ke dalam lahan pertanian.
3. Meningkatkan resapan air ke dalam tanah yang akan diserap oleh tumbuhan.
Pembuatan selokan irigasi lahan kering :
Biarpun yang akan dilirkan adalah banjir dari sebuah kali, tetapi penggalian selokan tetap mengacu kepada system irigasi sawah. Tujuannya agar banjir disalurkan secara merata ke seluruh bidang lahan yang kering.
Ada dua jenis selokan yaitu selokan sekunder dan selokan tersier. Selokan sekunder merupakan selokan induk yang digali dan dihubungkan langsung dengan kali mati. Sedangkan selokan tersier merupakan selokan-
Gambar skema irigasi lahan kering.
selokan ranting pendistribusian air banjir.
Meskipun distribusi air di lahan kering hanya terjadi bila turun hujan, tetapi ada penambahan volume air bagi tumbuhan dan lahan kering secara keseluruhan.
Pengolahan lahan tegalan mengikuti pola terasering dalam irigasi lahan kering juga akan memberikan kontribusi yang besar bagi peresapan air.
Pengawasan :
Irigasi lahan kering diperlukan pengawasan sebelum turun hujan dan sesudah hujan.
Tujuannya agar hasil penggalian selokan sekunder dan tersier untuk irigasi lahan kering itu tidak terhalang oleh runtuhan tebing selokan. Sebab bila hal itu dibiarkan, maka air banjir akan menerjang lahan secara serampangan dan membuat selokan liar atau di luar rencana yang merusak tanaman.

Perawatan pasca banjir :
Irigasi lahan kering sangat tergantung pada besarnya curah hujan dan besar kecilnya banjir. Bila banjir kecil atau sedang, kerusakan selokan akibat erosi juga relative sedikit, tetapi bila hujan dan banjir besar, tentu kerusakan selokan sekunder dan tersier juga banyak. Untuk itu perawatan saluran irigasi mutlak perlu.

Perbaikan saluran irigasi pasca banjir dilakukan secara serempak oleh para petani yang ladangnya dilalui saluran. Penanganan demikian memberikan hasil yang lebih maksimal dari pada bila petani hanya memperbaiki saluran di ladangnya saja. Atau kerusakan dibiarkan saja sampai musim tanam berikutnya. Kerusakan dan kerugian akan semakin besar.

Irigasi Lahan Kering akan memberikan manfaat yang sangat besar. Kekurangan pasokan air yang tergantung pada curah hujan, akan ditingkatkan dengan suplai alam sendiri melalui penyaluran banjir dari kali mati ke tengah ladang-ladang.